Tuesday, December 26, 2006

Hujung Tahun yang sibuk


Disember sudah berada dipenghujung jalan, namun masih ada jemputan ke Majlis Walimatul Urus yang harus diraikan. Kepada semoga pasangan pengantin didoakan agar rumahtangga yang baru dibina sentiasa dalam Sakinah, Mawaddah waRahmah. Perjalanan kehidupan yang sebenar baru bermula.



"Labayk Allah Humma Labbyk, Labbaykka La Syarikalak Labbayk, Innal Hamda Wa al- Ni'mata Laka wa al-Mulk, La Syarikalak'

31 Disember 2006 adalah Hari Raya Korban (Eid Adha) mudah-mudahan semua umat islam dari merata pelusuk dunia yang sedang melakukan ibadah haji di Mekkah Al Mukarramah akan dianugerahkan pahala haji yang mabrur.



Nampaknya masih banyak kerja di pejabat yang mesti diselesaikan menjelang tahun 2007. Kalau tak sendiri yang bereskan siapa lagi, kalau bukan sekarang bila lagi. Walaupun kedatangan tahun baru Masehi tidak disambut seghairah datangnya awal Muharram Tahun Hijriah namun berbuat kebaikan pada sebarang hari masa dan saat adalah dituntut, tak gitu!

Monday, December 18, 2006

Imbalan taat dan kasih kepada ibu


Di negeri Yaman, hiduplah seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarani yang berasal dari kabilah Qaran. Uwais Al-Qarani mempunyai jiwa yang bersih dan mulia. Dia seorang yang pintar dan selalu melakukan pencarian makna hidup. Meskipun saat itu dia masih belum mengenal ajaran Islam yang mulia, dia sangat menghormati nilai-nilai mulia kemanusiaan. Di antara sikap dan perilaku Uwais yang paling menonjol sekali ialah penghormatan yang besar terhadap ibunya. Dia bersikap amat lemah-lembut kepada ibunya yang sudah tua dan dia amat mengerti tanggung jawabnya sebagai anak. Dia dapat merasakan kesulitan seorang ibu dalam mendidik dan membesarkan anaknya. Oleh karena itu, dia melayani ibunya seperti seorang pelayan yang taat dan patuh. Uwais sama sekali tidak melupakan jerih payah ibunya.

Suatu saat, Uwais Al-Qarani mendengar kabar bahwa ada seorang nabi yang berhijrah dari kota Mekah ke Madinah dan sebagian dari masyarakat mengikuti ajaran nabi tersebut. Uwais dengan perenungannya, sampai kepada kesimpulan bahwa Muhammad adalah seorang nabi yang benar-benar diutus oleh Tuhan karena perintah dan ajaran yang disampaikan beliau berlandaskan kepada akal dan sesuai dengan nilai-nilai tinggi insani. Uwais mempercayai kenabian Muhammad saaw dan dia ingin sekali bertemu dengan beliau. Dia ingin melakukan perjalanan ke Madinah dan melihat sendiri keindahan hati Muhammad dari dekat. Tetapi, kondisi ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan membuatnya mengurungkan niatnya itu. Berbulan-bulan lamanya Uwais memendam harapan dan impiannya tersebut. Sampai suatu hari, dia mengambil keputusan untuk menceritakan keinginannya itu kepada ibunya.

Uwais dengan sopan duduk di hadapan ibunya dan berkata, “Wahai ibu, aku tidak dapat menahan hati untuk bertemu dengan seorang lelaki yang telah diutus sebagai nabi. Engkau pun tahu bahwa anakmu ini tidak pernah berfikir tentang hal-hal selain dari kebaikan dan kebenaran. Jika ibu mengizinkan, aku ingin sekali pergi menemui Rasul Tuhan itu dari dekat.”



Ibu Uwais yang amat terkesan melihat kesungguhan dan gelora keinginan anaknya untuk bertemu dengan Nabi, berkata, “Wahai anakku, aku izinkan engkau untuk pergi ke Madinah, tetapi aku minta supaya setelah engkau bertemu dengan Nabi segeralah engkau pulang ke Yaman dan janganlah engkau berlama-lama di sana.”

Dengan penuh gembira, Uwais menerima permintaan ibunya itu dan dia pun melakukan perjalanan untuk pergi ke Madinah. Meskipun perjalanan begitu jauh dan menyulitkan, namun semangat dan keinginannya yang besar untuk bertemu Nabi menyebabkan dia merasa begitu gembira hingga tidak merasa lelah dalam perjalanan. Siang dan malam dia tempuh perjalanan tanpa menghiraukan kesulitan dan kelelahan yang menderanya.

Akhirnya, sampailah Uwais Al-Qarani ke kota Madinah. Dengan tidak sabar lagi, dia bertanya ke sana kemari untuk mencari Nabi Muhammad. Tetapi, berita yang didapatkannya amat mengecewakan. Orang-orang Madinah memberi tahu Uwais bahwa Nabi sedang keluar dari kota untuk beberapa hari. Begitu Uwais mendengar berita ini, dia mengeluh panjang dan terduduk di atas tanah. Segala kelelahan terasa menimpa seluruh tubuhnya. Sedemikian besar rasa kecewa yang menyelubunginya sehingga dia menangis sejadi-jadinya. Orang-orang membujuknya dengan mengatakan bahwa dia bisa tetap tinggal di Madinah dan menjadi tamu mereka sampai Rasulullah kembali dari perjalanannya. Tetapi Uwais berkata bahwa dia mempunyai seorang ibu tua yang sedang menanti kepulangannya.

Uwais mengambil keputusan untuk segera pulang ke Yaman meskipun dia belum berhasil menemui Nabi, demi melaksanakan janjinya kepada sang ibu. Dia berkata kepada para sahabat dan keluarga Nabi, “Aku terpaksa pulang ke Yaman. Aku minta pada kalian, jika Rasulullah pulang, sampaikanlah salamku kepadanya.”

Beberapa hari kemudian Rasulullah saaw pulang ke Madinah. Ketika beliau mendengar kisah Uwais, beliau memujinya dan berkata, “Uwais telah pergi, namun cahayanya tetap tinggal di rumah kami. Angin sepoi dan aroma wewangian syurga bertiup ke arah Yaman. Wahai Uwais! Aku juga ingin sekali menemuimu. Sahabat ku, siapapun di antara kalian yang bertemu dengan Uwais, sampaikanlah salamku kepadanya.” Dalam sejarah dikatakan bahwa memang Uwais tidak pernah dapat bertemu dengan Rasulullah. Tetapi, karena pengorbanan yang telah dilakukannya buat ibunya, namanya tercatat abadi dalam sejarah.

Kami akhir artikel ini dengan mengutip dua hadis Rasulullah saaw:

“Tuhan memanjangkan usia orang-orang yang melakukan kebaikan kepada orang tua mereka.”

“Siapa saja yang menggembirakan hati ibu dan bapaknya, Tuhan juga akan menggembirakan mereka dan siapa saja yang membuat ibu bapa mereka marah, Tuhan juga akan murka terhadap mereka.”

(Ehsan dari Islamic Republic of Iran Broadcasting (melayu Radio)


Kalau kita sering menyakiti hati ibu / bapa hatta sekalipun membuat mereka terasa kecilhati dan terkilan bawa-bawalah berubah sebab satu-satunya yang tiada ganti di dunia ini adalah ibubapa kita. Kasih ibu / ayah membawa ke syurga kasih

Tuesday, December 12, 2006

Batu Giling







Batu giling diperbuat daripada batu dan terdiri daripada dua komponen iaitu ibu dan anak. Walaupun begitu, kini batu giling juga diperbuat daripada simen. Ibu adalah bahagian dasar batu giling yang digunakan untuk meletakkan bahan-bahan untuk digiling, sementara anak pula ialah anak batu yang digunakan untuk menggiling bahan gilingan di atas ibu. Cara menggiling adalah anak digerakkan dengan memegang bahagian kiri dan kanannya secara sorong tarik. Tujuannya agar bahan gilingan dapat digiling dengan serata. Batu giling biasanya digunakan untuk menggiling cili, rempah, kelapa, kacang dan bahan-bahan lain. Dengan cara menggiling, bahan gilingan mudah lumat. Biasanya menggiling dilakukan secara duduk atau berdiri.

Maklumat didapati dari laman web malaysiana.pnm.my/...dapur_batugiling.htm
diketengahkan untuk makluman anak-anak remaja yang tidak mengenal peralatan lama tinggalan budaya bangsa melayu